Sabtu, 22 Desember 2012

Kakek 77 Tahun Tetap Semangat Gelorakan Nasionalisme

SURABAYA (suarakawan.com) – Umur tak menyurutkan untuk berbuat sesuatu yang positif. Begitulah yang dilakukan seorang kakek bernama Imam Syafii (77).

Dengan semangatnya tak bosan-bosannya berharap generasi muda harus mempunyai sikap Nasionalisme. Kepada suarakawan.com sang kakek menceritakan masa-masa mudanya. “Dulu kita berjuang untuk kemerdekaan dan sekarang jangan sampai negara yang besar ini hampa karena kita sudah tidak mempunyai rasa nasionalisme sehingga kita tidak sadar dijajah secara ekonomi, moral dan kekayaan negeri ini lambat laun di kuras oleh negara lain,” katanya dengan semangat kuat.

Di sisi lain kakek yang pernah tinggal di Jl Raya Darmo 35 dan pindah di daerah Pumpungan Surabaya ini menceritakan bahwa dia tidak pernah mengeluh capek untuk menyerukan slogan ‘Disiplin Nasional’. Dengan berbekal sepeda angin sang kakek mengingatkan kepada generasi penerus bangsa betapa pentingnya disiplin nasional itu. “Disiplin kepada UUD, Disiplin kepada Agama dan Disiplin kepada Adat,” tukasnya.

Ternyata sang kakek punya jadual rutin tiap hari Minggu dimulai berangkat dari rumahnya jam 3 subuh mengayuh sepeda kesayangannya menuju desa cangkringsari Sukodono Sidoarjo dengan dalih Sambang Desa. Memang sang kakek yang murah senyum ini terlahir di desa cangkringan Sukodono tempat kelahiran yang mengingatkan masa-masa manisnya.(fiq/jto)



Sumber : suarakawan.com
readmore »»  

Pakde Karwo : Pemuda Harus Miliki Sifat Solidaritas dan Nasionalisme

SURABAYA (suarakawan.com) Gubernur Jatim H. Soekarwo menyatakan guna membangun negara yang kuat dan kokoh, seorang pemuda harus memiliki sifat nasionalisme dan solidaritas yang tinggi. Karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh H. Soekarwo saat ditemui usia membuka rakerda Organisasi Pemuda Panca Marga (PPM) Jatim di Asrama Haji Surabaya, Sabtu (14/07).

Menurut pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu, rasa nasionalisme yang harus dimiliki oleh pemuda dan pemudi Indonesia implementasinya yaitu mencintai produk dalam negeri, dan berbagai persoalan yang dihadapi oleh pemuda harus diselesaikan di Indonesia.

“Dengan dimiliki rasa mencintai produk dalam negeri dan menyelesaikan masalah di negara sendiri ini dapat membantu mengurangi angka kemiskinan, dan buta huruf yang saat ini sedang dihadapi bangsa Indonesia,” ujarnya.

Selain memiliki rasa nasionalisme, PPM Jatim harus memiliki sifat solidaritas yaitu mampu menumbuhkan empati, sosial, merasakan penderitaan orang lain dan memiliki kemampuan untuk berbagi rasa. Pemuda yang berintregrasi yakni pemuda yang berakhlak mulia, jujur, terbuka, serta memegang teguh komitmen. Sedangkan pemuda yang profesional yaitu memiliki etos kerja, kreatif, inovatif, terampil, tingkat produktivitas tinggi dan berdaya saing.(aca/era)



Sumber : suarakawan.com
readmore »»  

Rasa Nasionalisme Luntur, YKBN Bangun Ponpes Bela Negara

SURABAYA (suarakawan.com) – Prihatin dengan pudarnya rasa nasionalisme warga negara Indonesia, Yayasan Kepahlawanan Bela Negara (YKBN) berencana membangun Pondok Pesantren (Ponpes) Bela Negara di wilayah Madura. Materi pendidikan yang diajarkan berbeda dengan sistem bela negara yang dibuat oleh Lemhanas.

“Materinya akan kita adopsi sesuai dengan perkembangan zaman. Berbagai orang bisa mengajar,” kata Sekjen YKBN, Yusuf Rizal kepada wartawan di Surabaya, Selasa (23/10).
Secara terus terang, Yusuf Rizal mengakui nasionalisme warga negara Indonesia kepada bangsa sendiri sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya generasi muda saja, rasa nasionalisme generasi tua juga sudah mulai luntur. “Saat ini, di Indonesia fokus pembangunan fisik. Namun, spritualnya mulai kendur hingga nasionlisme mulai luntur,” tegasnya.

Ia menceritakan pengalamannya ketika berkunjung di daerah-daerah. Banyak anak Indonesia yang tidak hafal dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahkan, juga tidak hafal Pancasila. “Indonesia berdiri tapi rohnya hilang. Garuda Pancasila juga sudah tinggal simbol saja,” Ketua Lumbung Informasi Rakyat (LIRA).

Ponpes Bela Negara sendiri menurut Ketua Panitia Nasional Peringatan Hari Pahlawan Nasional, Achmad Zaini, akan dibangun di wilayah Bangkalan, Madura. Lahannya baru akan disiapkan tahun 2013. “Nantinya, di Ponpes Bela Negara akan berdiri lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi,” katanya. (Bng/era)


Sumber : suarakawan.com
readmore »»  

Nasionalisme di perbatasan dan BBM Malaysia

Samarinda - Minimnya pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia di Kalimantan Timur, membuat warga setempat terpaksa menggunakan BBM dari negeri jiran.

"Tidak bisa dipungkiri, banyak produk negeri tetangga (Malaysia) termasuk BBM yang secara bebas diperjualbelikan di Kabupaten Nunukan, terlebih di Pulau Sebatik dan Krayan yang berbatasan langsung dengan Malaysia," ungkap Kepala Sub Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Kabupaten Nunukan, Hasan Basri.

Membanjirnya produk Malaysia di wilayah perbatasan tak lepas dari kondisi geografis kedua negara yang langsung berhubungan darat serta banyaknya `jalur tikus` yang menyebabkan mudahnya masuk berbagai barang ilegal menuju ke Indonesia.

Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur panjangnya 1.038 kilometer, sementara luas wilayah perbatasan adalah 57.731,64 kilometer persegi atau 23,54 persen dari luas provinsi Kalimantan Timur.  Di area ini ada 15 kecamatan.

"Kondisi geografis wilayah perbatasan yang sebagian besar masih sulit dijangkau melalui darat bahkan ada pula yang hanya bisa dijangkau melalui udara menjadi penyebab mudahnya masuk barang-barang ilegal ke wilayah Indonesia," kata Hasan Basri sembari menunjuk serbuan produk-produk Malaysia ke daerahnya.

Demi menunjukkan rasa nasionalisme, pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 tahun lalu, warga di perbatasan membentangkan bendera Merah Putih sepanjang tiga kilometer, di Desa Simanggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, yang berbatasan langsung dengan negara bagian Sabah, Malaysia.

"Cara ini sebagai upaya memperlihatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa nasionalisme warga di perbatasan masih kokoh," kata Hasan Basri.

Seorang warga Nunukan, Dahlan mengakui, bukan hanya BBM tetapi juga berbagai makanan dan kebutuhan pokok banyak diperjualbelikan di wilayah perbatasan.

"Jangankan di Pulau Sebatik, di ibukota Kabupaten Nunukan bahkan hingga Kota Tarakan, banyak produk Malaysia bebas dijual. Bahkan, pakaian, sepatu dan berbagai jenis aksesoris juga membanjiri Nunukan," kata Dahlan.

Lebih dari itu kualitas produk Malaysia memang jauh lebih baik dari produk negeri sendiri.

"Gula dari Malaysia jauh lebih putih dan harganya hanya Rp9.000 per kilo dibanding gula Indonesia yang berwarna kekuning-kuningan dengan harga lebih Rp10 ribu," kata Dahlan.

Terbiasa

Begitu pula elpiji, warga Nunukan lebih memilih buatan Malaysia karena isinya lebih padat, sementara kualitas tabung jauh lebih tebal sehingga sangat aman digunakan dibanding tabung gas ukuran tiga kilo buatan lokal.

Dahlan mengatakan adalah tidak sulit mencari produk negara tetangga di Nunukan.

Warga lainnya, Fahrulrozy mengaku lebih memilih menggunakan bensin dari Malaysia daripada harus mengantri di Agen Premium Minyak Solar yang hanya ada tiga di Nunukan.

"Itu pun sering kehabisan stok. Daripada harus mengantri, saya lebih memilih membeli bensin dari Malaysia yang banyak dijual secara eceran. Harganya sepuluh hingga limabelas ribu rupiah per botol, namun kualitasnya jauh lebih baik," katanya.

Jika dicelupkan di tangan, bensin dari Malaysia langsung kering.

Ada tiga jenis bensin Malaysia yang dijual di Nunukan yakni ada yang berwarna biru, hijau dan kuning. "Persis sama dengan warna bensin kita. Bahkan, sebagain besar warga Pulau Sebatik menggunakan bensin dari Malaysia karena pasokan BBM dari Indonesia sendiri sangat minim," ungkap Fahrulrozy.

Tak heran jika Camat Sebatik Barat, Burhanuddin mengatakan krisis BBM yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia tidak terlalu berdampak pada warga pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu.

"Masyarakat di sini sudah terbiasa menggunakan BBM dari Malaysia sehingga dampak krisis terkait rencana kenaikan harga BBM tidak terlalu dirasakan," kata Burhanuddin.

Untuk mencapai Tawau di Malaysia, dari Sebatik hanya butuh waktu 15 menit dengan menggunakan speedboat.

Bupati Kabupaten Malinau, Yansen mengakui, kesulitan BBM di wilayahnya yang juga berbatasan langsung dengan Malaysia sudah berlangsung bertahun-tahun.

"Dari dulu sudah sulit," katanya sembari menyebutkan bahwa warganya sudah bertahun-tahun mengeluarkan Rp25 ribu untuk setiap liter BBM.

Kendati dihadapkan pada masalah keterbatasan BBM, warga di perbatasan tidak cengeng.  Yansen juga tak ingin hal ini dimasalahkan.  "Yang paling penting, bagaimana nasionalisme tetap terjaga," demikian Yansen.




Sumber : antaranews.com , Editor : Jafar M Sidik
readmore »»  

Nasionalisme

Assalamualaikum wr. wb.


Kali ini saya ingin membahas tentang Nasionalisme. Apa itu Nasionalisme? Menurut RAWINK Nasionalisme berarti satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Dan menurut sudut pandang saya Nasionalisme adalah suatu rasa memiliki yang ada didalam jiwa masing masing orang terhadap bangsanya atau negaranya.

Pertama yang ingin saya bahas adalah mulai lunturnya rasa Nasionalisme didalam jiwa generasi muda Indonesia. Kenapa saya bisa berpendapat seperti itu, karena fakta bahwa kurangnya rasa memiliki terhadap bangsa dan negaranya contoh : para generasi muda mulai lupa dan tidak perduli dengan apa yang terjadi di negaranya, mereka hanya mementingkan apa yang akan mereka lakukan untuk dirinya sendiri sedangkan tanpa mereka sadari negaranya butuh generasi muda yang perduli terhadap negaranya. Dan, menurut saya kurangnya perhatian pemerintah dalam menumbuhkan rasa Nasionalisme juga mempunyai andil besar terhadap lunturnya rasa tersebut didalam jiwa generasi muda. Padahal sangatlah penting tertanamnya rasa itu didalam jiwa generasi muda. Apa yang akan terjadi apabila generasi muda Indonesia mulai melupakan rasa Nasionalisme? sulit dibayangkan bukan.

Berbicara Nasionalisme itu tidak bisa kita melupakan yang namanya Pancasila, karena segala sesuatu yang berhubungan dengan Nasionalisme ada didalam Pancasila itu sendiri. Tidak digunakannya Pancasila sebagai azas dasar kehidupan berbangsa dan bernegara juga berpengaruh terhadap lunturnya rasa Nasionalisme, padahal Pancasila adalah dasar negara kita.

Seharusnya pemerintah Indonesia mulai dari atas sampai yang paling bawah itu harus mengambil sikap untuk kembali menumbuhkan rasa Nasionalisme terhadap semua generasi. Mulai dari memutuskan menjadikan pendidikan Pancasila sebagai pelajaran pokok setiap tingkatan pendidikan bukannya malah melupakan ajaran ajaran itu. Sebagai contoh, apa yang saya alami sendiri dibangku kuliah dari semester I saya tidak mendapatkan pendidikan tersebut. Nah, pemerintah kita seharusnya menindak yayasan pendidikan seperti itu karena yayasan tersebut ikut membantu menciptakan generasi muda yang lupa dengan Pancasila. Okelah lulusan universitas tersebut cukup pintar tetapi, apa gunanya untuk bangsa dan negara ini mendatang kalau generasi tersebut tidak memiliki jiwa Nasionalisme? sama saja kita menciptakan koruptor. karena orang-orang yang korupsi dikarenakan tidak mempunyai rasa Nasionalisme yang berarti tidak mempunyai rasa memiliki terhadap bangsa dan negaranya sehingga mereka tega menghabiskan uang negara demi kepentingan pribadi.

Oleh karena itu, saya mengajak semua elemen bangsa untuk kembali mengingat sejarah bangsa Indonesia yang kita cintai ini agar kita paham apa tujuan dari bangsa ini. Agar kita kembali sadar dimana seharusnya tempat kita berada. Kita para generasi muda seharusnya berada di barisan paling depan dan bersiap untuk menggantikan para pemimpin kita yang kotor, yang tidak perduli terhadap bangsa dan negaranya, tidak perduli terhadap rakyatnya, yang hanya mementingkan pribadi bukan kepentingan bangsa ini. Bayangkan, apa yang akan terjadi 40-50tahun kedepan jika negara ini masih dipimpin oleh pemimpin yang mempunyai sifat sama seperti pemimpin kita yang sekarang ini? Bayangkan, apa yang terjadi terhadap cucu dan anak kita nanti? dimana tempat mereka? oleh karena itu kita yang perduli terhadap bangsa dan anak cucu kita nanti harus bersiap untuk merubah bangsa dan negara kembali ke jalur yang semestinya, menjadi bangsa yang hebat dalam segala bidang, menjadi bangsa yang adil dan makmur.

Sekian tulisan dari saya tentang Nasionalisme ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima Kasih.

Wassalam.
readmore »»  

Jumat, 21 Desember 2012

Risalah

Assalamualaikum wr. wb.

 

Pertama tama saya ingin memperkenalkan diri saya, nama saya Mohamad Afwan lahir di Jakarta dan saya salah satu mahasiswa universitas swasta jurusan Manajemen Informatika. Ini pertama kalinya loh saya nulis blog hehehe

Tujuan saya sendiri membuat sebuah blog sebenarnya bukan hanya sekedar kepentingan pribadi melainkan saya mempunyai tujuan yang menuju orang orang luas terutama generasi muda Indonesia saat ini.

Melihat perkembangan zaman yang kian begitu modern membuat saya berpikir, masih adakah rasa nasionalisme didalam diri generasi muda jaman sekarang yang saat ini sedang benar-benar menikmati yang namanya "hidup", menikmati yang namanya masa muda, menikmati segala hal yang modern dan serba instan. Masihkah terpikir oleh mereka yang namanya "Rasa Nasionalisme"? masih adakah rasa itu didalam diri mereka? dan yang membuat saya lebih bertanya tanya, apakah ada keinginan mereka untuk menjadi lebih baik demi negaranya? bukan hanya karena pribadi tetapi untuk berbuat demi negaranya ini? yang saat ini carut marut semrawut ruwet tidak jelas!

Ok, sekian dulu ya tulisan pertama saya ini. Kita akan lanjutkan segera dengan tema yang lebih mantap dan pembahasan yang lebih mendalam, hehe.

Wassalam.

readmore »»